Beranda Al-Qur'an Mentadabburi Ayat Sukses Dunia Akhirat

Mentadabburi Ayat Sukses Dunia Akhirat

0
ayat sukses dunia akhirat

Dalam Al-Qur’an, ada banyak ayat yang memotivasi dan menginspirasi untuk sukses dunia akhirat. Di antaranya adalah Surat Ali Imran ayat 142. Kita bisa menyebutnya ayat sukses dunia akhirat. Jika ingin sukses, rahasianya ada dalam ayat ini.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran: 142)

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 142

Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir mengatakan, “Apakah kalian mengira bahwa kalian masuk surga sedangkan kalian belum mendapat ujian melalui peperangan dan keadaan-keadaan yang susah.” Beliau lantas menghubungkannya dengan Surat Al Baqarah ayat 214 yang awalnya juga berbunyi am hasibtum an tadkhulul jannah.

“Kalian tidak dapat masuk surga sebelum diuji dan Allah melihat di antara kalian ada orang-orang yang berjihad di jalan-Nya dan bersabar melawan musuh-musuh Allah,” lanjut beliau.

Jadi, dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir mengartikan bahwa jannah adalah surga dan jihad adalah jihad qital. Artinya, bagaimana mungkin seseorang masuk surga sementara ia belum pernah berperang dalam membela agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Secara khusus, ayat ini ditujukan kepada generasi sahabat Nabi yang saat itu menghadapi ancaman musuh di medan perang.

Syekh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir juga menafsirkan jannah sebagai surga. Namun, beliau menjelaskan bahwa makna jihad itu luas. “Jihad ada beberapa macam. Jihad melawan hawa nafsu dan setan, … jihad melawan musuh ….”

Maka makna ayat ini, bagaimana mungkin seseorang masuk surga sementara ia belum pernah berjihad/berjuang membela agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makna ini lebih umum, tidak hanya untuk generasi sahabat tetapi juga untuk kita semua.

Baca juga: Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban

Ayat Sukses Dunia Akhirat

Sebagian ulama mentadabburi ayat ini lebih luas. Bahwa ayat ini bukan hanya menjelaskan bagaimana cara masuk surga tetapi juga cara meraih sukses dunia akhirat. Tadabbur sangat penting hingga Allah mengaitkan orang yang tidak mentadabburi Al-Qur’an dengan ancaman terkuncinya hati.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur’an ataukah hati mereka sudah terkunci? (QS. Muhammad: 24)

Jannah tidak hanya bermakna surga. Bisa juga jannah berarti kebun sebagaimana firman Allah:

وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآَتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. (QS. Al Baqarah: 265)

Jannah berarti kebun khususnya kebun yang jarang terlihat seperti kebun anggur. Maka lebih luas, jannah bisa bermakna kesuksesan, kemenangan, dan keberhasilan yang belum terlihat. Sehingga dari ayat ini kita mendapatkan motivasi, jika ingin meraih kesuksesan dan kemenangan, maka harus berjuang dan harus sabar.

Jihad berasal dari kata jahada yang artinya sungguh-sungguh, serius. Dari kata ini, ada tiga derivasi kata yang terbentuk yakni ijtihad, jihad, dan mujahadah. Tiga poin inilah kunci sukses dunia akhirat.

1. Ijtihad

Ijtihad adalah serius merencanakan, serius menyusun strategi. Jika ingin sukses, kita harus bersungguh-sungguh dalam merencanakan dan menyusun strategi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkan bagaimana beliau selalu sungguh-sungguh dalam menyusun strategi. Dalam setiap fragmen perjuangan beliau. Misalnya saat berangkat hijrah. Madinah ada di sebelah utama Makkah. Namun, Rasulullah tidak langsung pergi ke utara menuju Madinah. Beliau justru ke selatan dulu, masuk ke Gua Tsur. Bersembunyi di sana bersama Abu Bakar selama tiga hari.

Orang-orang kafir Quraisy pun kesulitan mencari. Begitu menyadari Rasulullah pergi hijrah, mereka segera memburu ke utara. Nihil, mereka tidak menemukan Rasulullah di sepanjang jalur utama. Bahkan jejak beliau pun tak ada.

Selama di Gua Tsur, Rasulullah juga penuh perencanaan dan strategi. Beliau tetap bisa memantau kondisi Makkah karena Abdullah bin Abu Bakar menjadi intelijen yang mensuplai informasi ke Gua Tsur. Untuk kebutuhan konsumsi, Asma’ binti Abu Bakar yang bertugas mengirimkan ke Gua Tsur. Kemudian, pembantu Abu Bakar, Amir bin Fuhairah, bertugas menggembalakan kambing ke sekitar Gua Tsur. Tujuannya, agar Rasulullah dan Abu Bakar bisa minum susu kambing. Kedua, jejak kambing-kambing itu berfungsi menghapus jejak Abdullah dan Asma’.

Demikian pula perjuangan Rasulullah secara umum sejak fase makkiyah hingga meraih kemenangan di fase madaniyah, semuanya penuh dengan strategi. Mulai dakwah sembunyi-sembunyi, dakwah terang-terangan, hingga perang demi perang. Maka, sudahkah kita sungguh-sungguh merencanakan dan menyusun strategi untuk meraih kesuksesan?

Baca juga: Al Maidah Ayat 48 Arti Perkata

2. Jihad

Secara umum, jihad artinya berjuang. Maka jihad berarti serius dalam action, sungguh-sungguh dalam eksekusi. Rencana dan strategi yang telah disusun, pastikan semuanya berjalan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling bersegera dalam kebaikan. Ketika beliau merencanakan suatu kebaikan, beliau segera mengeksekusinya. Tanpa menunda-nunda.

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ

Bersegeralah melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. (HR. Muslim)

Pun dalam mengeksekusi rencana. Misalnya saat perang ahzab. Kaum muslimin atas usulan Salman Al Farisi membuat strategi pertahanan parit hingga perang itu juga dikenal sebagai perang ahzab. Rasulullah segera mengeksekusi rencana pembuatan parit itu apa pun kendalanya meskipun harus memecahkan batu-batu besar di tengah musim paceklik. Dalam kondisi lapar dan dikejar waktu, pembuatan parit diselesaikan tepat waktu. Saking gentingnya saat itu, Rasulullah dan para sahabat sampai menjama’ empat shalat dalam satu waktu.

Terkadang kita sudah membuat rencana, tetapi rencana tinggal rencana. Mengapa? Karena kurang sungguh-sungguh dalam mengeksekusi. Sudah saatnya kita lebih baik dengan memastikan semua rencana berjalan tanpa banyak alasan. Sudah saatnya kita menyelesaikan rencana betapa pun padat kesibukan.

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (QS. Al Insyirah: 7)

Baca juga: An Nisa Ayat 59 Arti Perkata

3. Mujahadah

Yang ketiga adalah mujahadah. Serius dalam menghadapi tantangan internal berupa gejolak jiwa. Baik berupa kemalasan, pesimis, ragu-ragu, atau godaan hedonisme.

Berjuang pasti akan ada godaan hawa nafsu. Ketika kita turuti, ada kesenangan tersendiri. Namun, sesungguhnya itu buruk bagi kita dan hanya akan menjauhkan dari kesuksesan. Baik kesuksesan di dunia maupun kesuksesan di akhirat berupa surga.

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah: 216)

Misalnya malas-malasan. Memang hawa nafsu kita pasti suka. Namun, itu buruk dan hanya menjauhkan dari cita-cita. Pun dengan hedonisme dan foya-foya. Nafsu pasti suka tetapi hanya akan merugikan masa depan kita.

Sebaliknya, belajar dan kerja keras terasa berat dan nafsu kita tidak suka. Namun, itu adalah investasi yang hasilnya akan kita tuai di masa depan nanti. [Muchlisin BK/Tarbiyah]