Beranda Materi Tarbiyah Bahaya Ghibah dan Namimah

Bahaya Ghibah dan Namimah

0
bahaya ghibah dan namimah
ilustrasi (pinterest)

Dua di antara sekian banyak penyakit hati adalah ghibah dan namimah. Apa itu ghibah dan namimah? Dan apa saja bahaya keduanya?

Pengertian Ghibah

Ghibah (غيبة) berasal dari kata ghaib (غيب) yang artinya tidak hadir. Ghibah adalah membicarakan sesuatu tentang orang yang tidak hadir yang jika orang tersebut mengetahuinya maka ia tidak suka.

Definisi ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits riwayat Imam Muslim:

ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ

“Kamu mengatakan tentang saudaramu hal-hal yang tidak disukainya”

Mendengar sabda Rasulullah, sebagian sahabat bertanya, “Bagaimana jika apa yang dikatakan itu sesuai kenyataan?” Beliau lantas menjawab:

إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Jika apa yang kamu katakan itu ada pada saudaramu, berarti kamu telah ghibah. Dan jika apa yang kamu katakan itu tidak ada pada saudaramu, berarti itu adalah fitnah.”

Pengertian Namimah

Secara bahasa, namimah (النميمة) berasal dari kata namma (نم) yang artinya memindahkan ucapan atau menceritakan dengan maksud memfitnah.

Secara istilah syara’, namimah adalah memindahkan pembicaraan sebagian orang kepada sebagian yang lain dengan tujuan membuat kerusakan di antara mereka. Imam Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menjelaskan, namimah bukan hanya berupa ucapan. Namimah juga bisa dalam bentuk tulisan, simbol, maupun isyarat yang tujuannya membuat kerusakan hubungan atau adu domba.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tercelanya namimah dalam firman-Nya:

وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ . هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, (QS. Al-Qalam: 10-11)

Baca juga: Ghibah yang Diperbolehkan

Bahaya Ghibah dan Namimah

Ghibah dan namimah memiliki bahaya baik bagi pelakunya maupun bagi organisasi dan umat. Berikut ini beberapa poin yang kami sarikan dari Aafaatun ‘ala ath-Thariq karya Syekh Dr. Sayyid Muhammad Nuh:

Bahaya Ghibah dan Namimah bagi Pelakunya

Ghibah dan namimah membawa banyak dampak buruk bagi pelakunya. Sebab dosa besar yang kadang banyak orang menganggapnya dosa kecil ini sangat berbahaya bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat.

1. Keras Hati

Saat seseorang membicarakan aib orang lain apalagi mengadu domba, pastilah ia tidak ingat kepada Allah. Jika ingat kepada Allah, tentu ia akan menghindari ghibah dan namimah. Karena banyak bicara tanpa mengingat Allah, hatinya pun menjadi keras.

Lebih berbahaya lagi jika seseorang yang hatinya keras tidak segera bertaubat lalu hatinya pun membatu dan tertutup dari hidayah.

فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

… Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. Az-Zumar: 22)

2. Menghadapi Murka Allah

Orang yang suka ghibah dan namimah akan menghadapi murka dan kemarahan Allah. Sebab keduanya termasuk dosa besar yang Allah sangat keras melarangnya. Allah mengibaratkan ghibah seperti makan bangkai saudara sendiri.

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ

..dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.. (QS. Al Hujurat: 12)

Sedangkan namimah, Allah melaknatnya dalam Surat Al-Qalam:

هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ

yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, (QS. Al-Qalam: 11)

3. Terlalaikan dari Kewajiban

Orang yang banyak ghibah dan namimah, ia telah menggunakan banyak waktunya untuk perbuatan sia-sia dan berdosa. Saat seseorang sibuk dengan perbuatan sia-sia dan dosa, ia pasti terhalang dari menunaikan kewajiban. Minimal, sebagian kewajibannya akan terlalaikan.

4. Azab yang Keras di Neraka

Pada akhirnya, orang yang suka ghibah dan namimah akan mendapatkan azab yang sangat keras. Baik azab kubur maupun nanti di akhirat. Dosa ghibah dan namimah bukan hanya dosa kepada Allah tetapi dosa kepada sesama manusia yang syarat taubatnya lebih sulit. Apalagi jika karena ghibah dan namimah yang ia lakukan, persatuan umat menjadi terpecah belah.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ». قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tahukah kalian siapakah orang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak punya uang dan harta.”

Beliau bersabda, “Sesungguhnya orang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala amalan) shalat, puasa, dan zakat. Namun, dia juga mencaci maki si ini, menuduh si itu, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini, dan memukul orang ini. Maka orang ini diberi sebagian kebaikan-kebaikannya, dan orang ini diberi sebagian kebaikan-kebaikannya. Jika kebaikan-kebaikannya telah habis sebelum diselesaikan kewajibannya, kesalahan-kesalahan mereka diambil lalu ditimpakan padanya, kemudian dia dilemparkan di dalam neraka.” (HR. Muslim)

Baca juga: Al Zalzalah

Bahaya Ghibah dan Namimah bagi Organisasi dan Umat

Ghibah dan namimah juga membawa dampak buruk bagi organisasi dan umat.

1. Perpecahan

Ketika ghibah dan namimah terjadi di lingkungan internal organisasi Islam, dampak buruknya bukan hanya menimpa pelaku tetapi juga menimpa organisasi itu. Bahkan bisa menimpa umat, jika ghibah dan namimah ini merebak lintas organisasi.

Terkadang, musuh-musuh Islam dengan sengaja melakukan upaya penghancuran dengan mengembangkan namimah. Mereka memuji dan mengagungkan satu kelompok, lalu menghina kelompok lain. Mendekati satu kelompok lalu dengan cerdik menghasut kelompok itu untuk menjelekkan kelompok lain. Umat perlu memiliki kesadaran dan kewaspadaan terkait hal ini. Sebab musuh Islam takkan berani berhadapan secara langsung dengan seluruh umat Islam. Maka, mereka berupaya memecah belah dengan politik belah bambu atau devide et impera.

Jika internal umat Islam sendiri sudah terkotori dengan ghibah dan namimah, provokasi dari musuh Islam akan lebih mudah tersulut. Tujuan mereka memecah belah umat pun bisa tercapai dengan mudah.

Baca juga: Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban

2. Hilangnya Kewibaan Organisasi Dakwah

Jika pelaku ghibah dan namimah adalah anggota organisasi dakwah, apalagi jika kedua virus ini telah merebak di internal organisasi dakwah, maka kewibawaan organisasi dakwah itu akan pudar. Bagaimana mungkin orang lain akan segan dan hormat sementara antar aktivis organisasi itu saling ghibah dan saling menjelekkan?

Meskipun tidak bergabung dengan organisasi dakwah, masyarakat hormat kepada dakwah karena mereka melihat kebenaran dan kemuliaan padanya. Jika dakwah terkotori oleh perilaku-perilaku tidak terpuji termasuk ghibah dan namimah, runtuhlah kewibawaan dakwah.

3. Merusak Umat dan Generasi Penerus Dakwah

Orang-orang awam umumnya akan mengikuti para tokoh dan pemimpin. Termasuk para dai yang mereka teladani. Ketika dai, tokoh, atau pemimpin terpeleset dalam ghibah dan namimah, mereka akan dengan cepat menyebarkannya.

Demikian pula generasi muda yang menjadi harapan penerus dakwah. Jika mereka mendapati para pendahulunya suka ghibah, mereka pun akan terbiasa melakukannya. Jika mereka mendapati para pemimpinnya melakukan namimah, mereka pun dengan enteng akan saling mengadu domba. Na’udzu billah.

Semoga dengan mengetahui bahaya ghibah dan namimah ini, kita terinspirasi untuk menghindari dan menjauhinya. Kita jaga keselamat diri dan persatuan umat. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Tarbiyah]