Beranda Suplemen Syekh Abdul Qadir Jailani dan Gencatan Senjata di Gaza Hari Ini

Syekh Abdul Qadir Jailani dan Gencatan Senjata di Gaza Hari Ini

0
Gencatan senjata di Gaza
Warga Gaza merayakan gencatan senjata, 16 Januari 2025 (Aljazeera)

Syekh Abdul Qadir Jailani adalah seorang wali. Bahkan shulthanul auliya’, pemimpin para wali. Namun, banyak orang keliru menyangka beliau hanya tokoh sufi dan tidak berjuang untuk umat ini.

Pada 27 Rajab 583 hijriah atau 1187 masehi, kaum muslimin berhasil membebaskan Palestina. Baitul Maqdis kembali ke pangkuan umat Islam setelah hampir satu abad lebih pasukan salib menguasainya.

Mungkin kita hanya tahu nama Shalahuddin Al-Ayyubi karena beliaulah panglimanya. Namun, sesungguhnya perjuangan pembebasan Palestina telah dirintis berpuluh tahun sebelumnya dan banyak nama memiliki peran besar di dalamnya.

Tahun 1097, Imam Ghazali mengunjungi Masjid Al-Aqsha. Dengan firasatnya yang tajam ia mengatakan, “Barang kali kita akan kehilangan kiblat pertama dan tempat isra’ mi’raj Nabi ini.”

Sebagian orang menganggap Al-Ghazali terganggu pikirannya. Sebab saat itu, kekhalifahan Bani Abbasiyah masih ada dan khalifah hidup aman meskipun beberapa wilayah memisahkan diri dengan dipimpin sultan-sultan.

Dua tahun berikutnya, pada tahun 1099, pasukan salib di bawah pimpinan Godfrey de Bouillon membanjiri Al-Quds dengan genangan darah kaum muslimin. Umat Islam baru sadar bahwa apa yang Imam Ghazali katakan ternyata memang benar. Palestina lepas, umat Islam menjadi sasaran pembantaian.

Sepulang haji pada tahun 1102, Imam Ghazali keliling ke berbagai kota untuk menyerukan persatuan dan jihad membebaskan Palestina. Namun, hampir semua menjawab tidak mungkin bisa.

Mendapati kondisi umat yang terpuruk dan inferior, setelah mengundurkan diri dari Madrasah Nizhamiyah, Imam Ghazali menulis Ihya’ Ulumuddin. Beliau ingin menghidupkan ilmu agama dan membangun pemahaman umat Islam. Dengan pemahaman yang benar dan kokohnya keimanan, umat akan bangkit, bersatu, dan memiliki semangat jihad.

Imam Al-Ghazali wafat pada tahun 1111. Saat itu, usia Syekh Abdul Qadir Jailani 33 tahun. Kelimuannya telah matang, karamahnya istimewa. Namun, bukan pendekatan keajaiban karamah yang beliau andalkan dalam melanjutkan misi pembebasan Palestina.

Syekh Abdul Qadir Jailani memilih jalan pendidikan dan pembinaan. Beliau menggunakan kitab Ihya’ Ulumuddin sebagai kurikulum utama membina murid-muridnya. Kader-kader yang dibina Syekh Abdul Qadir Al-Jailani inilah yang kemudian menjadi tulang punggung jihad yang dipelopori oleh Imaduddin Zanki, diteruskan Nuruddin Mahmud, lalu dituntaskan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi.

Hari ini yang terjadi di Gaza barulah gencatan senjata. Belum merdeka sepenuhnya. Tugas kita bersama untuk berjuang bersama membebaskannya. Sepertinya mustahil kita terjun langsung, tetapi terbuka peluang kita untuk membantu dari jauh dan menyiapkan generasi berikutnya.

Yang hari ini menjadi guru, ustadz, dai, atau murabbi, tirulah Syekh Abdul Qadir Jailani. Meskipun hanya seumpama lilin dibandingkan matahari Al-Jailani, peran kita dalam membina umat ini semoga menjadi hujjah kita di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahwa kita peduli dengan Palestina dan tengah menyiapkan generasi pembebas yang entah berapa puluh tahun lagi berhasil membebaskan Palestina dan mengusir Zionis durjana. [Muchlisin BK/Tarbiyah]

Exit mobile version