Tarbiyah bukan istilah yang asing di telinga. Kita sering mendengarnya sebagai nama fakultas di perguruan tinggi Islam maupun sebagai istilah aktivitas pembinaan pada organisasi dan pergerakan Islam.
Coba saja ketikkan “fakultas tarbiyah” pada mesin pencari. Niscaya akan keluar website sejumlah perguruan tinggi Islam baik Universitas Islam Negeri (UIN) yang dulunya IAIN, maupun perguruan tinggi Islam swasta. Sedangkan terkait ormas atau pergerakan Islam, kita akan menemukan ada Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), tarbiyah Wahdah Islamiyah, dan lain-lain.
Lantas, apa itu tarbiyah? Samakah maknanya antara penggunaan pertama dengan pengunaan kedua? Kita akan mengupas pengertian tarbiyah secara bahasa dan secara istilah.
Pengertian Tarbiyah secara Bahasa
Prof. Dr. Said Ismail Ali dalam Madkhal ila Ushul At-Tarbiyah menjelaskan, tarbiyah, menurut kitab Lisan Al-Arab berasal dari kata rabbahu – yarubbuhu – rabban yang berarti yang memilikinya.
Dari sini, Allah disebut Rabb yang artinya pemilik segala sesuatu. Allah memiliki rububiyah atas semua makhluk, tidak ada sekutu bagi-Nya. Istilah rabb tidak digunakan untuk selain Allah kecuali dalam bentuk idhafah. Misalnya rabb ad-dar atau rabb al-bait yang artinya pemilik rumah.
Lafaz rabba waladahu ash-shabiyya berarti dia membesarkan anaknya yang masih kecil. Sedangkan lafaz tarabbabahu, irtabbahu, dan rabbahu tarbiyatan berarti dia menjaga anaknya dengan sebaik-baiknya dan mengayominya hingga lepas dari masa kanak-anaknya.
Menurut Kamus Al-Wasith, lafaz rabba al-walad berarti bertanggung jawab atas nutrisi, pertumbuhan, dan pendidikan anak.
Sedangkan Syekh Jum’ah Amin dalam Manhaj Taghyir menjelaskan, secara bahasa, tarbiyah memiliki tiga makna sebagai berikut:
1. Tarbiyah berarti tumbuh dan berkembang (nasa’a wa tara’ra’a).
2. Tarbiyah berarti bertambah dan berlipat (zâda wa namâ), sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمَا آَتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. (QS. Ar-Rum: 39)
3. Tarbiyah bermakna memperbaiki, mengatur, merawat, mendidik, atau usaha untuk menambah kapasitas sesuatu. Dalam pengertian ini, mentarbiyah berarti merawat dan mencurahkan perhatian terhadap sesuatu agar ia mencapai kesempurnaannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 24)
Berdasar pengertian ini, simpul Syekh Jum’ah Amin, tarbiyah adalah membentuk sesuatu menuju kesempurnaannya secara bertahap. Dan berdasar pengertian ini pula, tarbiyatul aulad berarti membentuk anak-anak secara bertahap, sedikit demi sedikit, sampai meraih kematangan dan kesempurnaannya.
Baca juga: Tiga Makna Tarbiyah
Pengertian Tarbiyah secara Istilah
Tarbiyah adalah istilah lama yang Al-Qur’an juga menggunakannya meskipun dalam bentuk kata yang berbeda. Karenanya, kita pun mendapati pengertian istilah ini dari sejumlah tokoh terdahulu.
Al-Qadhi Al-Baidhawi dalam kitab Anwar At-Tanzil wa Asrar Al-Ta’wil mendefinisikan tarbiyah adalah mengarahkan sesuatu kepada kesempurnaannya secara bertahap. Definisi ini tidak terbatas pada manusia, melainkan ia mencakup manusia, hewan, tumbuhan, bahkan pembangunan sesuatu.
Ibnu Sina mendefinisikan tarbiyah sebagai kebiasaan, yaitu melakukan satu hal secara berulang-ulang dalam masa yang lama dan dalam waktu-waktu yang berdekatan. Dalam pandangan ini, makna tarbiyah menjadi lebih sempit hanya dalam aspek perilaku dan kebiasaan, tidak termasuk aspek pengetahuan.
Ibnu Sina juga memiliki pandangan lain soal pengertian tarbiyah. Bapak kedokteran Islam itu menndefinisikan tarbiyah sebagai penyampaian satu zat (diri) untuk mencapai kesempurnaan yang untuknya ia diciptakan.
Prof. Dr. Said Ismail Ali lantas menyimpulkan, tarbiyah adalah proses sosial dan kreatif yang dilakukan oleh masyarakat untuk membangun kepribadian individunya sehingga mereka dapat melanjutkan hidup bersama, memperjuangkannya dan mengembangkannya di satu sisi, serta mengembangkan kepribadian unik mereka sehingga dapat menjalankan peran sosial yang terintegrasi dalam tugas dan tanggungjawab bersama di sisi lain.
Syekh Jum’ah Amin mengemukakan pengertian yang lebih sistematis. Pemikir dan tokoh Ikhwanul Muslimin ini membagi tarbiyah secara umum dan secara khusus.
“Tarbiyah secara umum adalah proses transfer keyakinan, kebiasaan, perasaan, ambisi, tujuan, dan cita-cita dari generasi yang telah lalu kepada generasi yang akan datang. Ia merupakan proses untuk menautkan satu generasi dengan generasi lainnya. Tarbiyah menjadi sarana suatu masyarakat untuk membangun sebuah pribadi yang mereka citakan, sesuai dengan tashawwur (persepsi), pemikiran, dan keyakinan yang mereka miliki,” tulisnya dalam Manhaj Taghyir.
Baca juga: Materi Tarbiyah
Tarbiyah Islamiyah
Secara singkat, tarbiyah adalah pendidikan. Tarbiyah islamiyah adalah pendidikan Islam. Menurut Syekh Jum’ah Amin, tarbiyah di dalam Islam berarti proses untuk menyiapkan surnber daya manusia yang baik, bukan proses untuk menyiapkan penduduk yang baik. Sebab, baik tidaknya penduduk sangat tergantung dengan nilai dan pandangan masyarakatnya. Penduduk yang baik dalam suatu masyarakat bisa jadi dianggap tidak baik dalam masyarakat yang lain. Penduduk Amerika yang baik belum pasti merupakan penduduk yang baik di masyarakat Rusia Jerman, atau Inggris.
Untuk itu, Islam fokus pada manusianya, terlepas dari jenis, negara warna kulit dan ruang waktu. Islam fokus menyiapkan sumber daya manusia dari sisi kehidupan ruhiyah, aqliyah, dan jasadiyah. Menyiapkan sumber daya manusia dari sisi kehidupan duniawiyahnya dengan sekian kepentingan yang ada. Juga fokus menyiapkan sumber daya manusia dari sisi kehidupan ukhrawi dengan sekian banyak amalan yang akan mendatangkan pahala dan keridhaan Tuhan. Tarbiyah dalam Islam adalah tarbiyah dunia dan akhirat.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. (QS. Al-Qashash: 77)
Dengan begitu, tarbiyah islamiyah mengikuti dan bersumber dari Al-Quran, hadits, sirah para sahabat dan tabiin, meneladani Rasulullah, serta meneladani sirah para ulama dan orang-orang saleh dalam sepanjang sejarah Islam. Tapi hal ini tidak berarti menutup ruang untuk memanfaatkan pengalaman dan keilmuan asing, selagi tidak berbenturan dengan usul dan kaedah dalam mewujudkan individu muslim, masyarakat muslim, dan daulah islamiyah yang berhukum dengan hukum-hukum Allah dan ter-shibgah dengan shibgatullah.
Mengkombinasikan uraian Syekh Jum’ah Amin dalam Manhaj Taghyir dan uraian Prof. Dr. Abdul Hamid Al-Ghazali dalam Haula Asasiyat Al-Masyru’ Al-Islami, kita simpulkan bahwa tarbiyah islamiyah adalah proses pendidikan manusia dengan menggunakan sarana dan manhaj islami untuk menghasilkan pribadi islami yang shalih dan muslih.
Dengan demikian, keberhasilan tarbiyah Islamiyah tidak lepas dari murabbi (pendidik), mutarabbi (peserta didik), wasail (sarana) tarbiyah, dan manhaj tarbiyah. Insya Allah lebih detail termasuk keunggulan tarbiyah dan apa yang ingin dicapai tarbiyah akan kita bahas pada tulisan berikutnya. [Muchlisin BK/Tarbiyah]