Beranda Quran 001 Al-Fatihah Surat Al-Fatihah Ayat 7

Surat Al-Fatihah Ayat 7

0
al fatihah ayat 7

Surat Al-Fatihah Ayat 7 dan Artinya

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

< Al Fatihah ayat 6Al Baqarah ayat 1 >

Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 7

Tafsir Al-Muyassar

Jalan yang jelas dan terang itu adalah jalan yang ditempuh para nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada, dan orang-orang saleh. Artinya, jalan tersebut bukan jalan orang-orang yang mengetahui kebenaran tetapi tidak mengamalkannya, seperti orang-orang Yahudi, dan bukan pula jalan orang- orang yang meninggalkan kebenaran dikarenakan kebodohan dan kesesatan, seperti orang-orang Nasrani

Tafsir Jalalain

(Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka), yaitu melalui petunjuk dan hidayah-Mu. Kemudian diperjelas lagi maknanya oleh ayat berikut: (Bukan (jalan) mereka yang dimurkai) Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi. (Dan bukan pula) dan selain (mereka yang sesat.) Yang dimaksud adalah orang-orang Nasrani.

Faedah adanya penjelasan ini memiliki pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Nasrani. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu.

Semoga selawat dan salam-Nya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya, selawat dan salam yang banyak untuk selamanya. Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Tafsir Al-Wajiz

Jalannya orang-orang yang Engkau anugerahi nikmat, yaitu para malaikat, para nabi, orang-orang yang membenarkan (agama-Mu), syuhada’, dan orang-orang shalih. Bukan (jalannya) mereka yang Engkau murkai, yaitu orang-orang yang karena kesombongannya mereka menyimpang dari jalan kebenaran dan lurus. Bukan pula (jalannya) mereka yang tersesat, yaitu orang-orang yang karena kebodohannya mereka menjauh dari jalan kebenaran, orang yang mengikuti kepercayaan dan keyakinan selain Islam, orang-orang yang fasik dan orang-orang munafik.

Tafsir As-Sa’di

Adapun jalan yang lurus itu adalah  jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka dari para nabi, orang-orang yang benar dalam keimanan, para syuhada, dan orang-orang shalih. Bukan jalan orang yang dimurkai yaitu orang yang mengetahui kebenaran tetapi meninggalkan kebenaran tersebut seperti Yahudi dan semisal mereka. Dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat yaitu orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena kebodohan dan kesesatan seperti orang-orang Nasrani dan semisal mereka.

Surat ini dengan keringkasannya telah meliputi hal-hal yang tidak diliputi oleh surat-surat lainnya dalam Al-Qur’an. Surat ini mengandung macam-macam tauhid yang tiga. Pertama, tauhid rububiyyah yang disarikan dari firman Allah rabbil ‘alamin. Kedua, tauhid uluhiyyah yaitu mengesakan Allah dalam beribadah, yang disarikan dari firmannya iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. Ketiga, tauhid asma wa shifat, yaitu menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah yang telah ditetapkan oleh diri-Nya dan ditetapkan oleh rasul-Nya tanpa mengingkari, memisalkan dan menyerupakan di mana sesungguhnya hal itu ditunjukkan oleh kalimat alhamdu sebagaimana yang telah lalu.

Demikian juga surat ini mengandung penetapan akan kenabian dalam firman-Nya ihdinashiratal mustaqim, karena hal itu tidak akan mungkin tanpa adanya risalah.

Juga penetapan akan balasan bagi segala perbuatan, yaitu dalam firman-Nya maliki yaumiddin dan bahwasanya balasan itu terjadi dengan keadilan karena pembalasan adalah ganjaran dengan adil.

Dan penetapan akan takdir bahwasanya seorang hamba itu benar-benar sebagai pelaku berbeda dengan pemikiran qodariyah maupun jabariyah. Bahkan ia mengandung penolakan terhadap ahli-ahli bid’ah kesesatan seperti dalam firman-Nya ihdinaa shiratal mustaqim, karena ia bermakna mengetahui yang benar lalu mengamalkannya sedangkan setiap pelaku bid’ah dan pelaku kesesatan adalah menyimpang dari semua itu.

Juga mengandung ajaran untuk ikhlas beragama hanya untuk Allah Semata. Ibadah maupun permohonan pertolongan itu dalam firman-Nya iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in.

< SebelumnyaSuratBerikutnya >
Al Fatihah ayat 6Al FatihahAl Baqarah ayat 1