Semakin merenung, manusia akan semakin menyadari kelemahannya. Ada banyak hal yang di luar kemampuan dan kendalinya. Orang yang beriman menyadari bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa karenanya selain berikhtiar, ia juga akan banyak berdoa. Bahkan ia menyadari bahwa doa adalah kunci utama.
Doa menempati kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Sebab ia merupakan intisari ibadah. Melalui doa, seorang muslim menunjukkan pengakuan diri atas kelemahan dan ketergantungan mutlaknya kepada Allah, serta menjadikannya sarana komunikasi kepada Allah. Dengan berdoa, seorang hamba juga secara aktif menghindari murka Allah kepada mereka yang sombong dan enggan meminta kepada-Nya.
Selain memenuhi kewajiban, doa memberikan keutamaan dan manfaat nyata. Doa berfungsi sebagai senjata Mukmin yang mampu menolak takdir buruk dan menjadi kunci untuk membuka pintu rezeki serta keberkahan dalam hidup.
Secara internal, doa memiliki pengaruh besar karena dapat menguatkan hati dan menenangkan jiwa, sekaligus membersihkan jiwa dari kotoran. Memperbanyak doa juga memperkuat hubungan vertikal dengan Allah, yang berdampak pada keteguhan dalam berdakwah.
Makna Doa
Untuk memahami kedudukan doa dalam Islam, penting untuk meninjau maknanya dari dua sudut pandang utama: bahasa (etimologi) dan istilah syar’i (terminologi).
Makna Doa Secara Bahasa
Secara etimologi, kata doa berasal dari bahasa Arab, yakni dari akar kata da’a (دَعَا) – yad’ū (يَدْعُو) – du’ā’an (دُعَاءً). Secara harfiah, doa memiliki arti dasar sebagai berikut:
- An-Nida’ (اَلنِّدَاءُ) yakni memanggil atau menyeru. Doa dapat berarti memanggil atau menyeru seseorang. Contohnya adalah menyeru atau memanggil nama Allah.
- As-Su’āl (اَلسُّؤَالُ) yakni memohon atau meminta. Doa dalam pengertian bahasa juga berarti meminta atau memohon sesuatu, baik itu hajat, pertolongan, maupun kebaikan.
- Mengajak. Doa juga bisa berarti ajakan atau undangan kepada orang lain.
Dengan demikian, dalam konteks bahasa, doa merujuk pada segala bentuk seruan, panggilan, atau permintaan yang disampaikan oleh seseorang.
Makna Doa Secara Istilah
Dalam terminologi Islam, makna doa jauh lebih dalam dan komprehensif, karena ia terkait langsung dengan tauhid dan ibadah. Syekh Yusuf Qardhawi menjelaskan:
الدُّعَاءُ: التَّوَجُّهُ إِلَى اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِالطَّلَبِ لِيَقْضِيَ لِلْإِنْسَانِ حَاجَةً مِـنْ حَاجَاتِهِ الدُّنْيَوِيَّةِ أَوِ الآخِرَةِ … وَهَذَا التَّوَجُّهُ إِلَى اللَّهِ يَدُلُّ عَلَى افْتِقَارِ الْعَبْدِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Doa ialah penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla dengan permohonan agar Dia memenuhi bagi manusia kebutuhan-nya baik duniawi maupun ukhrawi… Dan penghambaan (tawajjuh) ini menunjukkan kefakiran hamba itu kepada Allah Azza wa Jalla.
Sedangkan Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari menjelaskan:
الدُّعَاءُ هُوَ إِظْهَارُ الِافْتِقَارِ إِلَى اللَّهِ، وَالتَّبَرُّؤُ مِنَ الحَوْلِ وَالقُوَّةِ، وَهُوَ سِمَةُ العُبُودِيَّةِ
Doa adalah pernyataan kebutuhan kepada Allah dan pelepasan diri dari daya serta kekuatan (manusia). Ia adalah ciri khas peribadahan yang sejati.
Dengan demikian, doa secara istilah adalah: Penyerahan diri seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memohon pertolongan, memohon pemenuhan kebutuhan, atau meminta perlindungan dari marabahaya, dengan tawahu’, tunduk, dan yakin bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Dzat yang Maha Mendengar dan mengabulkan doa.
Baca juga: Mahabbatullah
Urgensi Doa
Doa bukanlah sekadar ucapan lisan saat seorang hamba sedang kesusahan. Dalam timbangan Islam, doa adalah inti dari kehidupan seorang Muslim, apalagi bagi para dai dan pejuang dakwah. Doa adalah jembatan yang menghubungkan kelemahan seorang hamba dengan Kekuatan Mutlak Sang Pencipta, menjadikannya elemen vital dalam proses tarbiyah Islamiyah dan perjuangan dakwah.
Al-Qur’an dan Sunnah menegaskan urgensi doa dan menempatkannya pada posisi yang sangat mendasar. Doa menjadi barometer keimanan dan ketawadhuan seorang Muslim.
1. Intisari ibadah
Doa adalah hakikat dari pengabdian sejati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan kedudukannya yang agung:
الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ
“Doa itu adalah intisari ibadah.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi)
Hadis ini menunjukkan bahwa seluruh gerakan dan ucapan dalam ibadah (seperti shalat, puasa, dan haji) mengandung unsur permohonan dan ketergantungan. Seseorang yang meninggalkan doa, sejatinya telah kehilangan inti dari ruh penghambaannya, sehingga amalannya menjadi kering tanpa koneksi langsung dengan sumber kekuatan.
2. Pengakuan diri
Doa adalah momen tertinggi pengakuan seorang hamba atas kehambaannya. Pengakuan seorang hamba terhadap kefakiran dan kelemahannya di hadapan Allah Yang Maha Kaya dan Maha Kuasa. Doa mendidik jiwa agar tidak sombong dan tidak mengandalkan kekuatan diri sendiri atau makhluk. Pengakuan ini terwujud dalam ucapan dan kerendahan hati.
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka itu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)
Ayat ini menggarisbawahi bahwa ciri orang beriman yang bersegera dalam kebaikan adalah berdoa dengan penuh harap atas rahmat-Nya dan penuh rasa takut akan adzab-Nya. Ini adalah pengakuan akan kekuasaan-Nya yang mutlak.
“Mereka berdoa dengan harapan terhadap keridhaan Kami dan dengan perasaan cemas dan khawatir atas kemurkaan Kami. Sehingga, hati mereka selalu yakin terhadap hubungan dengan Allah dan selalu berharap kepada rahmat-Nya,” tulis Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.
3. Menghindari murka Allah
Orang yang enggan berdoa adalah orang yang sombong, merasa tidak butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sifat sombong ini adalah sifat iblis, dan karenanya mendatangkan ancaman keras dari Allah:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (dari beribadah kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir: 60)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang tidak mau meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu, berdoa adalah keharusan, bukan pilihan, demi menghindari sifat sombong yang Allah murkai.
4. Sarana komunikasi kepada Allah
Doa adalah saluran komunikasi spiritual yang paling efektif, menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala terasa begitu dekat. Dalam setiap langkah dakwah dan perjuangan, seorang da’i senantiasa memerlukan petunjuk dan pertolongan Ilahi.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 186)
Seorang hamba yang ingin berkomunikasi dengan Allah, maka doa adalah salah satu wasilah terbaiknya. Ibnu ‘Aṭhillah as-Sakandari mengatakan:
مَتَى أَرَدْتَ أَنْ يُكَلِّمَكَ اللَّهُ فَاقْرَأِ القُرْآنَ، وَمَتَى أَرَدْتَ أَنْ تُكَلِّمَ اللَّهَ فَصَلِّ أَوِ ادْعُهُ
“Apabila engkau ingin Allah berbicara kepadamu, maka bacalah Al-Qur’an. Dan apabila engkau ingin berbicara kepada Allah, maka shalatlah atau berdoalah kepada-Nya.”
Baca juga: Shalat Berjamaah
Keutamaan Doa
Doa memiliki keutamaan yang sangat banyak. Keutamaan ini menunjukkan betapa besar anugerah dan rahmat Allah yang terkandung dalam munajat. Berikut ini empat keutamaan doa berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits.
1. Menolak takdir buruk
Salah satu keutamaan doa adalah menolak atau mengubah takdir buruk yang belum terjadi. Doa menjadi perisai yang melindungi seorang Mukmin dari ketetapan yang tidak menyenangkan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لاَ يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلاَّ الدُّعَاءُ
Tidak ada yang dapat menolak takdir (ketentuan Allah) kecuali doa. (HR. Tirmidzi)
Sebagian ulama menjelaskan bahwa takdir yang dimaksud pada hadits ini adalah taqdir mu’allaq, yakni takdir yang masih “tergantung sebab-sebab.”
Bagi seorang aktivis dakwah, hadis ini mengajarkan optimisme dan menjauhkan dari putus asa. Meskipun cobaan terasa berat, seorang da’i wajib meyakini bahwa takdir mu’allaq bisa diubah melalui ketulusan dan keteguhan doa, serta ishlah (perbaikan diri).
2. Membuka pintu rezeki
Taqwa adalah kunci langit untuk membuka segala bentuk rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Rezeki dalam Islam mencakup segala karunia Allah, baik harta, ilmu, kesehatan, maupun pertolongan dalam dakwah.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Dalam Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah mengatakan:
التَّقْوَى تَجْمَعُ الدِّينَ كُلَّهُ، وَالدُّعَاءُ مِنْ أَعْظَمِ ثَمَرَاتِهَا
“Takwa mencakup seluruh agama, dan doa merupakan salah satu buahnya yang paling agung.”
Lalu dalam Ad-Da’ wa Ad-Dawa’ beliau mengatakan:
الدُّعَاءُ مِنْ أَنْفَعِ الْأَسْبَابِ فِي حُصُولِ الْمَطْلُوبِ وَدَفْعِ الْمَرْهُوبِ
“Doa adalah sebab yang paling bermanfaat dalam meraih sesuatu yang diinginkan dan menolak sesuatu yang ditakuti.”
3. Membuka keberkahan
Keberkahan (Al-Barakah) adalah bertambahnya kebaikan dan manfaat dalam segala hal, baik sedikit maupun banyak. Doa menjadi magnet untuk menarik keberkahan tersebut dalam waktu, amal, dan hasil perjuangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala murka kepada hamba yang tidak meminta kepada-Nya, karena itu berarti ia telah sombong dan menutup diri dari limpahan rahmat dan berkah.
إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Bahwasanya barangsiapa yang tidak (mau) meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi)
Dengan senantiasa berdoa, seorang Muslim memastikan bahwa setiap rezeki dan usahanya senantiasa mendapat keberkahan.
Dalam Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah mengatakan:
الدُّعَاءُ مِفْتَاحُ كُلِّ خَيْرٍ، وَبِهِ تُسْتَجْلَبُ الْبَرَكَاتُ، وَتُسْتَدْفَعُ النِّقَمَاتُ
“Doa adalah kunci segala kebaikan; dengannya keberkahan ditarik dan bencana dihindarkan.”
4. Menguatkan hati
Keutamaan doa yang keempat adalah menguatkan hati. Dalam medan dakwah yang penuh tantangan, hati seorang dai dan murabbi sering kali diuji dengan rasa lelah, takut, dan kecewa. Doa berfungsi sebagai jangkar yang menstabilkan dan menguatkan hati agar tetap teguh di atas jalan yang lurus. Doa adalah sarana untuk mencurahkan segala keluh kesah hanya kepada Allah.
Lihatlah bagaimana Allah menceritakan doa Nabi Musa ‘alaihissalam saat menghadapi Fir’aun:
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (٢٥) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (٢٦)
Ia (Musa) berkata: ‘Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku.” (QS. Taha: 25-26)
Doa adalah kunci kelapangan dada, penenang jiwa, dan peneguh iman. Ia memberikan energi spiritual untuk terus beramal dan berjuang, meyakini bahwa kemenangan hanya datang dari sisi Allah Azza wa Jalla.
Baca juga: Kejujuran
Pengaruh Doa
Doa merupakan jalan munajat dan tarbiyah ruhiyah seorang mukmin. Doa menguatkan fondasi spiritual dan mental para pengemban dakwah. Lebih dari sekadar permohonan, doa adalah mekanisme pembentuk karakter yang memiliki pengaruh mendalam terhadap jiwa, pikiran, dan keteguhan hati seorang Muslim.
Doa menjadi pembeda antara seorang jundi yang hanya mengandalkan materi dengan jundi yang mengandalkan kekuatan Ilahi Rabbi. Pengaruh doa terasa dalam empat dimensi utama kehidupan seorang Mukmin yang berjuang di jalan Allah:
1. Menguatkan hubungan dengan Allah
Intensitas doa adalah cerminan dari kedalaman iman seseorang. Semakin sering seorang hamba berdoa, semakin kuat pula ikatan batinnya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Doa menghilangkan tabir keraguan dan mendatangkan rasa ma’iyyatullah (kebersamaan dengan Allah).
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. (QS. Al-Baqarah: 186)
Keyakinan akan kedekatan Allah ini menjadi energi spiritual tak terbatas. Hubungan yang kuat ini memastikan bahwa setiap langkah dakwah selalu berada dalam pengawasan dan pertolongan Ilahi.
2. Menumbuhkan keteguhan dalam dakwah
Bagi para da’i, medan dakwah seringkali penuh dengan fitnah dan tantangan. Doa adalah sumber keteguhan. Dengan berdoa, seorang da’i menyerahkan hasil usahanya kepada Allah, sehingga ia tidak mudah patah semangat karena penolakan manusia.
Lihatlah teladan para Nabi. Ketika Nabi Nuh ‘alaihissalam menghadapi penolakan kaumnya selama berabad-abad, doanya menjadi sumber keteguhan terbesar.
فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ
Maka dia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya, “Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah aku.” (QS. Al-Qamar: 10)
Pengakuan kekalahan diri dan permohonan pertolongan kepada Allah inilah yang menumbuhkan keteguhan pada jiwa orang beriman.
3. Menenangkan jiwa
Dalam kekalutan dunia, doa adalah penawar spiritual yang memberikan sakinah (kedamaian). Ketika segala rencana manusia terasa buntu, kembali kepada Allah melalui doa adalah jalan keluar yang menenangkan. Doa menggeser fokus dari masalah ke Dzat yang memegang kendali atas masalah tersebut.
Hal ini sejalan dengan ciri orang beriman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. (QS. Ar-Ra’d: 28)
Karena doa adalah bentuk zikir dan ibadah, ia secara langsung menghadirkan ketenangan dalam jiwa da’i yang sedang menghadapi tekanan dakwah.
4. Membersihkan jiwa
Doa yang tulus, khususnya doa memohon ampunan (istighfar), memiliki pengaruh langsung dalam membersihkan jiwa dari dosa, kesombongan, dan sifat tercela lainnya. Doa mendidik kesadaran akan kesalahan dan kebutuhan untuk senantiasa kembali kepada fitrah yang suci.
إِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Sungguh, Allah menyukai orang yang bertobat dan menyukai orang yang menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222)
Setiap doa dan permohonan ampun adalah pintu tobat. Proses ini secara terus-menerus memurnikan hati, menjadikannya layak sebagai wadah bagi cahaya hidayah dan bekal yang bersih untuk perjuangan dakwah.
Adab Berdoa
Doa adalah ibadah agung dan senjata utama seorang Muslim. Agar doa memiliki kekuatan maksimal dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menerimanya, kita perlu mengamalkan adab dalam berdoa. Berikut ini 10 adab berdoa berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih:
1. Ikhlas dan penuh keyakinan
Dasar utama dari setiap ibadah adalah keikhlasan, yang berarti membersihkan niat hanya untuk Allah. Lalu yakin bahwa Allah pasti mengabulkan dalam salah satu bentuk terbaik-Nya.
اُدْعُوا اللّٰهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lengah.” (HR. Tirmidzi)
2. Bersuci
Sebagaimana shalat, bersuci dari hadats kecil dan hadats besar dianjurkan untuk menghormati momen munajat kepada Allah. Walaupun tidak wajib, bersuci adalah penyempurna adab. Imam Ghazali mengatakan dalam Ihya’ Ulumuddin:
وَمِنْ آدَابِ الدُّعَاءِ أَنْ يَكُونَ عَلَى طَهَارَةٍ كَامِلَةٍ، فَإِنَّ الطَّهَارَةَ مُطَهِّرَةٌ لِلظَّاهِرِ، كَمَا أَنَّ التَّوْبَةَ مُطَهِّرَةٌ لِلْبَاطِنِ
“Di antara adab berdoa adalah berada dalam keadaan suci secara sempurna, sebab thaharah menyucikan lahir sebagaimana tobat menyucikan batin.”
3. Menghadap kiblat
Menghadap kiblat saat berdoa adalah adab yang mulia, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lakukan dalam beberapa kesempatan berdoa penting, seperti saat Perang Badar. Arah kiblat menyatukan orientasi fisik dengan hati.
Imam Nawawi dalam Al-Adzkar menuliskan:
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَكُونَ الدَّاعِي عَلَى طَهَارَةٍ، مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ، رَافِعًا يَدَيْهِ
“Disunnahkan bagi orang yang berdoa agar dalam keadaan suci, menghadap kiblat, dan mengangkat kedua tangannya.”
4. Mengangkat kedua tangan
Mengangkat kedua tangan adalah salah satu adab berdoa. Menunjukkan kerendahan dan kebutuhan total kepada Allah.
إِنَّ اللّٰهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ
“Sesungguhnya Allah Maha Pemalu lagi Maha Mulia, Dia malu jika seorang hamba mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lalu Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan kecewa.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
5. Hamdalah dan shalawat
Disunnahkan untuk memulai doa dengan memuji Allah (hamdalah) dan bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini merupakan pembukaan yang mendatangkan keberkahan.
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ لِيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ، ثُمَّ لِيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ
Apabila salah seorang dari kalian berdoa, hendaklah ia mulai dengan memuji dan menyanjung Tuhannya, lalu bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian berdoalah dengan apa yang ia kehendaki. (HR. Tirmidzi; shahih)
6. Asmaul husna yang sesuai
Di antara adab berdoa adalah memanggil Allah dengan nama-nama-Nya yang indah (Asmaul Husna) yang relevan dengan isi doa atau permohonan.
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
“Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu.” (QS. Al-A’raf: 180)
7. Mengulang-ulang doa
Mengulang permohonan sebanyak tiga kali menunjukkan kesungguhan dan ketulusan hati seorang hamba. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengulang doanya tiga kali.
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا دَعَا، دَعَا ثَلاَثًا، وَإِذَا سَأَلَ، سَأَلَ ثَلاَثًا
Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu ia berkata: “Nabi ﷺ apabila berdoa, beliau mengulanginya tiga kali; dan apabila beliau meminta sesuatu, beliau juga mengulanginya tiga kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)
8. Menghindari doa yang buruk
Seorang Muslim dilarang mendoakan keburukan (kebinasaan) bagi dirinya sendiri, keluarga, atau harta.
لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ
“Janganlah kalian berdoa untuk keburukan diri kalian sendiri melainkan untuk kebaikan.” (HR. Muslim)
9. Menutup doa dengan memuji Allah
Sebagaimana membuka, doa disunnahkan ditutup dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam Nawawi menjelaskan dalam Al-Adzkar:
يُسْتَحَبُّ أَنْ يَبْدَأَ الدُّعَاءَ بِالْحَمْدِ لِلَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّيَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، وَيَخْتِمَ بِذَلِكَ أَيْضًا
“Disunnahkan bagi orang yang berdoa untuk memulai doanya dengan pujian kepada Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bershalawat kepada Rasulullah ﷺ, dan menutupnya dengan keduanya pula.”
10. Tidak tergesa-gesa
Seorang hamba harus bersabar dan tidak tergesa-gesa dalam mengharapkan pengabulan doa, karena tergesa-gesa adalah penghalang dikabulkannya doa.
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
Doa salah seorang di antara kalian akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa. Ia berkata, “Aku telah berdoa, namun tidak dikabulkan bagiku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bagi kader dakwah, adab berdoa adalah disiplin spiritual yang menguji kesabaran dan keikhlasan. Semoga dengan mengalamkan adab-adab ini, Allah menerima dan mengabulkan doa-doa kita. []
