Beranda Al-Qur'an Ayat tentang Isra’ Mi’raj dan Tafsir Singkatnya

Ayat tentang Isra’ Mi’raj dan Tafsir Singkatnya

0
ayat tentang isra miraj
ilustrasi (dall.e)

Isra’ mi’raj memiliki dalil yang kuat baik dari Al-Qur’an maupun hadits. Dalam Al-Qur’an, ada beberapa ayat yang menjadi dalil tentang isra’ mi’raj. Berikut ini ayat tentang isra’ mi’raj dan tafsir singkatnya.

Pengertian Isra’ Mi’raj

Isra’ mi’raj terdiri dari dua kata. Al-isra’ (الإسراء) dan Al-Mi’raj (المعراج).

Al-isra’ (الإسراء) berasal dari kata sara (سرى) yang artinya adalah berjalan pada malam hari. Secara istilah, isra’ adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari  Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.

Al-Mi’raj (المعراج) secara bahasa artinya adalah naik. Secara istilah, mi’raj adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke sidratul muntaha.

Dengan demikian, pengertian isra’ mi’raj adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Al Aqsha lalu naik ke sidratul muntaha hingga kembali lagi ke Masjidil Haram.

Baca juga: Amalan Bulan Rajab

Ayat tentang Isra’ Mi’raj

Ayat tentang isra’ ada pada Surat Al-Isra’ ayat 1.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al  Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Isra‘: 1)

Sedangkan ayat tentang mi’raj ada dalam surat An Najm. Tepatnya pada ayat 13-18:

وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى . عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى . عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى . إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى . مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى . لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm: 13-18)

Baca juga: Surat Al Isra Ayat 32 Arti Per Kata

Tafsir Singkat Ayat tentang Isra’

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al  Masjidil Aqsha

Ayat ini menunjukkan, Allah-lah yang memperjalankan hamba-Nya suatu malam, bahkan kurang dari satu malam, dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjid Al Aqsa di Palestina. Inilah hakikat isra’ sekaligus jawaban atas orang-orang yang heran dengan keajaiban perjanan tersebut. Allah yang kuasa menciptakan langit dan bumi, mudah saja bagi-Nya memperjalankan hamba-Nya ke mana pun Ia kehendaki. Sehingga, orang-orang beriman percaya segala keajaiban isra’ mi’raj karena memang Allah-lah yang mengaturnya.

الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ

yang telah Kami berkahi sekelilingnya

Menurut Ibnu Katsir, di antara bentuk keberkahan adalah tanam-tanaman dan hasil buah-buahannya. Sedangkan menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, sebagai deskripsi yang menggambarkan keberkahan yang mengelilingi dan turun dengan derasnya pada masjid ini.

لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا

agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.

Maksudnya, kata Ibnu Katsir, Kami perlihatkan kepada Muhammad sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang besar-besar.

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menerangkan bahwa beliau di-isra’-kan karena Allah akan memperlihatkan ayat-ayat-Nya kepadanya. Ayat maha penting di antara banyak ayat itu adalah Mi’raj ke langit.

إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

“Allah Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, yang mukmin maupun yang kafir, yang membenarkan maupun yang mendustakan. Dan Dia Maha Melihat semua perbuatan mereka. Maka, kelak Dia akan memberikan kepada masing-masing dari mereka balasan yang berhak mereka terima di dunia dan akhirat,” tulis Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya.

Sayyid Qutb menjelaskan dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, “Pendeskripsian sifat-sifat-Nya, Maha Mendengar dan Maha Melihat, di sini dalam bentuk ungkapan berita yang benar tentang Zat ketuhanan-Nya. Formasi kalimat demi kalimat di atas bertemu dalam satu ayat dalam rangka memberikan kedalaman makna-makna yang dikandungnya secara sempurna.”

Tafsir Singkat Ayat tentang Mi’raj

وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى . عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى . عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.  (QS. An-Najm: 13-15)

Rasulullah melihat Jibril dalam rupanya yang asli pada malam isra’, yakni saat mi’raj di Sidratul Muntaha. Sedangkan yang pertama, beliau melihat Jibril dalam rupa asli ketika di bumi. Rasulullah bersabda:

رَأَيْتُ جِبْرِيلَ عَلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَلَهُ سِتُّمِائَةِ جَنَاحٍ

Aku telah melihat Jibril di Sidratul Muntaha dan dia memiliki 600 sayap. (HR. Ahmad)

Dalam Tafsir Al-Munir, Syekh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa sidratul muntaha adalah tempat tertinggi di langit yang menjadi batas ujung pengetahuan dan amal aktivitas para makhluk. Tidak seorang makhluk pun mengetahui apa yang ada di belakangnya. Di dekat sidratul muntaha ada surga Al-Ma’wa yakni tempat tinggal arwah orang-orang mukmin yang bertaqwa.

إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى . مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى . لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm: 16-18)

Ibnu Katsir menjelaskan, yang meliputi sidratul muntaha adalah kupu-kupu emas. Dahan-dahan sidrah terdiri dari mutiara, yaqut, dan zabarjad. Maka, Rasulullah melihatnya dan melihat Allah dengan mata hatinya.

Beliau juga menerangkan, peristiwa pada malam isra’ mi’raj ini menunjukkan kekuasaan dan kebesaran Allah. Berdasarkan Surat Al Isra ayat 1 dan An-Najm ayat 18 ini sebagian ulama ahlus sunnah wal jama’ah mengatakan bahwa Rasulullah tidak melihat Allah pada malam itu.

Di Sidratul Muntaha tersebut, Allah memberikan tiga hal kepada Rasulullah. Yakni perintah shalat lima waktu, ayat-ayat terakhir Surat Al-Baqarah, dan ampunan bagi orang yang tidak mempersekutukan Allah. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Tarbiyah]